1. Perancis punya La Fête du Baiser, Bali pun punya festival berciuman yang namanya Omed-omedan
Berlibur ke Bali bertepatan dengan hari raya Nyepi memang bikin
bosan. Selain jalanan sepi dan tempat wisata pada tutup, kamu juga
diminta untuk gak meninggalkan penginapan untuk menghormati hari raya
ini. Gak usah bete, karena esoknya kamu bisa menonton tradisi menarik
yang digelar setiap tahun baru Saka di Desa Sesetan, Denpasar.
Tradisi unik yang ini bernama Omed-Omedan, yang artinya”
tarik-tarikan.” Ya, inilah tradisi ciuman massal warisan leluhur yang
dilakukan anak-anak muda Desa Sesetan. Konon, tradisi ini sudah digelar
sejak abad ke-17.
Pesertanya mulai dari anak SMP sampai mahasiswa yang belum menikah.
Muda-mudi akan diarak secara terpisah, sesuai jenis kelamin untuk
kemudian saling tarik dan berciuman. Jangan salah sangka terhadap makna
di bali ktradisi ini, ya. Omed-omedan memiliki tujuan untuk mengakrabkan
muda-mudi sembari membuat mereka punya kesempatan saling meminta maaf
sebelum menyambut tahun Saka.
Wah, kok kayaknya asyik, sih?
Hipwee boleh ikutan juga gak ya?
2. Tawuran yang satu ini gak berbahaya. Inilah acara Tawur Nasi di Rembang, Jawa Tengah yang justru bikin orang-orang bergembira
Mendengar kata ‘tawuran’, apa yang terbayang di benakmu? Mungkin dua
kubu massa yang saling hantam dengan batu, kayu, bahkan senjata tajam.
Nah, tawuran yang ini memang gak kalah brutal. Tapi, alih-alih menyerang
dengan kebencian, mereka justru bergembira. Senjatanya juga gak
berbahaya, karena mereka saling serang dengan nasi.
Tradisi Tawur Nasi ini diadakan setiap tahun di Desa Pelemsari,
Rembang, Jawa Tengah sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang
melimpah. Seusai berdoa, pemuda-pemuda desa saling lempar sambil tertawa
gembira. Konon, pernah suatu kali desa ini gak mengadakan tradisi Tawur
Nasi, dan hasilnya mereka gagal panen. Nantinya, nasi-nasi yang
tercecer ini akan dikumpulkan warga untuk pakan ternak. Mereka percaya,
hasil dari ternak yang diberi makan nasi hasil “tawuran” akan melimpah
seperti panen mereka.
3. Di Mentawai kamu bisa menemukan gadis-gadis bergigi runcing yang membentuk kecantikannya lewat prosesi kerik gigi
Jika di Bali kamu mengenal upacara potong Gigi, masyarakat adat
Mentawai, Sumatera Barat, juga punya tradisi yang serupa. Tradisi ini
dilakukan sebagai simbol kedewasaan seorang wanita di suku Mentawai.
Selain itu, kerik gigi ini juga dipercaya menambah kecantikan dari si
wanita. Wanita yang giginya runcing akan lebih digilai pria-pria di
sekitarnya.
Tak hanya menambah kecantikan, modifikasi tubuh dengan kerik gigi
dipercaya bisa membuat jiwa berdamai dengan tubuh. Masyarakat Mentawai
percaya bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan keinginan jiwa harus sejalan
dengan bentuk tubuh. Keyakinan ini diwujudkan laki-laki Suku Mentawai
lewat tato tradisional, dan bagi wanitanya melalui tradisi kerik gigi.
Bagaimana cara meruncingkan gigi ala Mentawai? Gigi gadis-gadis ini akan
dikerik
menggunakan alat dari besi yang sudah diasah sampai runcing. Proses
meruncingkan gigi ini sangat menyakitkan dan tanpa menggunakan anastesi
sama sekali. Sehingga perlu waktu tidak sebentar untuk meruncingkan
seluruh gigi yang ada. Seharusnya cuma gadis Mentawai yang punya hak
untuk bilang, “
Beauty is pain” — kamu-kamu yang sudah merasa paling menderita saat dibersihkan komedonya waktu
facial tidak layak mengeluh. :p
4. Menyambut Ramadhan ala masyarakat Riau dengan mandi beramai-ramai lewat ritual Balimau Kasai
Sehari menjelang bulan puasa, masyarakat Kabupaten Kampar, Riau,
mengadakan ritual besar-besaran yang diikuti seluruh lapisan masyarakat,
mulai dari pemuka adat, pemuka agama, pejabat pemerintah, sampai
maysarakat umum. Mereka menyucikan diri di sungai Kampar sebagai
perwujudan rasa syukur memasuki bulan Ramadhan dalam ritual Balimau
Kasai.
Balimau Kasai adalah tradisi mandi beramai-ramai menggunakan limau
atau campuran jeruk, dan kasai, wewangian yang digunakan untuk
keramas. Masyarakat Kampar percaya, pengharum rambut ini dapat mengusir
segala macam rasa dengki yang mendiami pikiran. Sebelum menceburkan diri
ke sungai, ada acara santap bersama yang disebut Makan Majamba.
5. Manusia super itu bukan sekadar cerita komik. Kamu bisa melihat manusia-manusia super beraksi lewat atraksi Debus di Banten
Kamu pasti gak asing lagi dengan Superman, pahlawan super yang punya
kekuatan dahsyat dan kebal terhadap serangan senjata tajam maupun
peluru. Di Indonesia, Superman itu, bukan sekadar fiksi. Gak percaya?
Saksikan aja atraksi Debus yang ada di provinsi Banten.
Mereka memperlihatkan kemampuan super mereka dengan atraksi-atraksi
seperti menyayat atau mengoleskan api di kulit sendiri, berguling di
atas serpihan beling, menginjak paku atau bara api menyala, bahkan
sampai menyiram tubuh dengan air keras. Hebatnya, mereka sama sekali gak
terluka atau merasakan sakit. Praktisi debus ini gak cuma terdiri dari
orang-orang dewasa, ada remaja dan anak-anaknya juga, lho. Hiii, mereka
memang gak terluka, tapi atraksinya bikin ngilu yang lihat.
6. Kalau Rembang punya ritual Tawur Nasi, masyarakat Bugis di Bone juga punya tradisi adu betis untuk mensyukuri hasil panen
Masyarakat Dusun Paroto, Desa Samaelo, Barebbo, Bone, Sulawesi
Selatan, ini juga punya tradisi menarik untuk mengungkapkan rasa syukur
setelah memanen padi. Gak kalah brutal dengan Tawur Nasi di Rembang,
mereka saling mengadu kekuatan betis lewat permainan Malanca. Tradisi
turun-temurun ini diikuti oleh sejumlah pemuda kampung dan disaksikan
oleh ratusan warga lainnya.
Setelah aba-aba, pesertanya akan saling adu kuat menendang betis
lawan. Tak jarang, mereka akan meringis kesakitan, bahkan sampai keseleo
karena kekuatan tendangan lawan. Tapi, gak ada yang mendendam, mereka
tetap bersuka cita karena hasil panen yang melimpah. Hayo, beranikah
kamu mencoba mengadu kekuatan dengan mereka?
7. Tradisi Potong Jari, bukti kehilangan tingkat tinggi yang dilakukan oleh Suku Dani
Kamu mungkin pernah menonton film
Denias, Senandung di Atas Awan
karya sutradara John de Rantau. Kalau iya, kamu pasti gak asing lagi
dengan tradisi yang satu ini. Potong Jari adalah tradisi berkabung yang
dimiliki suku Dani untuk mengungkapkan kesedihan karena ditinggalkan
oleh anggota keluarga.
Kenapa potong jari? Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai
symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun
sebuah keluarga. Kehilangan salah satu ruasnya saja, tangan kita tidak
lagi berfungsi optimal. Itulah nilai filosofi dari tradisi ini. Zaman
sekarang, tradisi ini sudah mulai ditinggalkan, tapi kamu masih bisa
menjumpai sesepuh suku Dani yang jemarinya sudah tidak utuh lagi.
8. Saksikan masyarakat Toraja menghantarkan roh leluhur lewat perayaan meriah upacara Rambu Solo
Upacara Rambu Solo adalah pesta kematian unik dari Tana Toraja.
Upacara ini dimaksudkan untuk mengantarkan arwah kerabat yang sudah
meninggal menuju alam roh untuk kembali pada leluhur mereka. Bagi
masyarakat Toraja, seseorang belum dianggap mati bila belum diantar ke
alam roh lewat upacara ini. Mereka cuma dianggap layaknya orang sakit:
masih diberi makan, pakaian, bahkan diajak bicara. Nah, Rambu Solo
adalah upacara agar kematian mereka sempurna.
Pesta yang meriah ini diadakan sampai berhari-hari dengan sejumlah
prosesi yang rumit. Keluarga yang mengadakan upacara juga menyediakan
kerbau dan babi untuk dikurbankan, jumlahnya pun mencapai puluhan ekor.
Padahal, kerbau yang disembeli itu bukan kerbau sembarangan, melainkan
kerbau
Tedong Bonga yang harganya berkisar antara 10–50 juta
per ekornya. Gak heran kalau upacara Rambu Solo adalah salah satu
upacara pemakaman termahal; tradisi ini bisa menghabiskan ratusan juta
sampai milyaran rupiah!
Dengan biaya yang fantastis itu, keluarga yang ingin mengadakan
upacara Rambu Solo harus menngumpulkan uang sampai berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Makanya, jika kamu bertandang ke Tana Toraja, jangan
sampai melewatkan acara yang satu ini, karena bisa menjadi pengalaman
sekali seumur hidupmu.
9. Gak cuma panorama yang mempesona, Bromo juga menjadi tempat masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada
Pemandangan yang disuguhkan Gunung Boromo selalu memikat untuk
disambangi. Tapi, kamu tahu gak kalau Bromo juga menjadi tempat
masyarakat Tengger menggelar ritual adat Yadnya Kasada? Upacara Yadnya
Kasada atau
Kasodo ini digelar setiap bulan Kasada hari-14
dalam penanggalan kalender tradisional Hindu Tengger. Masyarakat Tengger
memang memegang teguh adat Hindu lama dan mengadakan upacara ini untuk
mempersembahkan sesajen pada Sang Hyang Widhi.
Upacara Kasada ini tak lepas dari kisah Rara Anteng dan Jaka Seger
yang menjadi cikal bakal penduduk Tengger. Ritual ini bertujuan untuk
menghormati putra bungsu mereka yang mengorbankan diri untuk meredakan
murka Sang Hyang Widhi. Jika kamu ingin menyaksikan jalannya ritual ini,
kamu bisa bersiap dari malam hari saat upacara hendak digelar, karena
tempat ini akan dibanjiri oleh penduduk Tengger serta pengunjung dari
segala penjuru. Yang menarik, kamu bisa melihat ternyata banyak orang
yang sudah bersiap dengan jala di bibir kawah untuk menangkap sesajen
yang dilemparkan ke dalam kawah. Wah, berani juga, ya.
10. Saat kita menyambut tahun baru dengan riuhnya kembang api —
tradisi Tapa Bisu Mubeng Beteng di Yogyakarta jadi pengingat untuk
selalu mawas diri
Selain punya
destinasi wisata dan r
agam kuliner yang khas,
Yogyakarta juga punya sejumlah tradisi unik. Salah satunya adalah
tradisi Tapa Bisu Mubeng Beteng. Tradisi ini diadakan setiap malam Satu
Suro alias malam Tahun Baru kalender Jawa. Dalam tradisi ini, para abdi
dalem Keraton beserta ribuan warga Yogyakarta berjalan kaki melakukan
kirab atau arak-arakan sambil
tapa bisu (membisu) selama mengitari benteng Keraton.
Tradisi ini dimaksudkan sebagai sikap mawas diri atas segala
perbuatan yang dilakukan selama setahun ini dan mengharapkan
kesejahteraan serta keselamatan pada tahun berikutnya. Kalau mau, kamu
juga boleh bergabung dengan warga Jogja untuk melakukan tradisi ini.
Tapi ingat, selama mubeng benteng kamu dilarang berbicara dan wajib
menjaga keheningan.
Tradisi unik ini adalah bukti bahwa Indonesia sarat makna. Kamu
mungkin gak bisa menjamahi semuanya, tapi mengenal dan mempelajari
mereka akan menjadikanmu pribadi yang kaya.